ANTIHISTAMIN
DEFINISI
Antihistamin merupakan salah satu obat yang paling banyak
digunakan, karena antihistamin adalah obat yang paling bermanfaat untuk
mengatasi penyakit alergi seperti rhinitis,urtikaria,pruritus,dan lain-lain.
Walaupun selama ini ahtihistamin dianggap sebagai obat yang cukup aman, namun
efek samping sedasi (rasa mengantuk) menyebabkan penurunan daya tangkap,
terutama pada antihistamin generasi pertama, sangat mengganggu aktivitas
sehari-hari. Oleh sebab itu, untuk penanganan penyakit alergi gunakan antihistamin
yang aman dan efektif.
Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat yang mampu
mencegah penglepasan atau kerja histamin. Istilah antihistamin dapat digunakan
untuk menjelaskan antagonis histamin yang mana pun, namun seringkali istilah
ini digunakan untuk merujuk kepada antihistamin klasik yang bekerja pada
reseptor histamin H1.
Antihistamin ini biasanya digunakan untuk mengobati reaksi
alergi, yang disebabkan oleh tanggapan berlebihan tubuh terhadap alergen
(penyebab alergi), seperti serbuk sari tanaman. Reaksi alergi ini menunjukkan
penglepasan histamin dalam jumlah signifikan di tubuh.
Terdapat beberapa jenis antihistamin, yang dikelompokkan berdasarkan sasaran kerjanya terhadap reseptor histamin.
Terdapat beberapa jenis antihistamin, yang dikelompokkan berdasarkan sasaran kerjanya terhadap reseptor histamin.
Antihistaminika adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek
histamin terhadap tubuh dangan jalan memblokir reseptor histamin (penghambatan
saingan).
Histamin
adalah suatu amin nabati yang ditemukan oleh Dr.Paul Ehrlich (1878) dan
merupakan produk normal dan pertukaran zat histidin. Asama amino ini masuk ke
dalam tubuh terutama lewat daging dan di jaringan (juga di usus halus) di ubah
secara enzimatis menjadi histamin (dekarboksilasi).
Biasanya dengan istila “antihistaminika” selalu dimaksud
H1-blokers. Selain bersifat antihistamin, obat-obat ini juga memiliki
berbagai khasiat lainnya, yakni daya antikolinergis, antiemetis,
dan daya menekan SSP (sodatif), sedangkan beberapa di antaranya
mempunyai efek antiserotonin dan lokal anestetis (lemah).
PENGGOLONGAN
ANTI HISTAMIN
A.
ANTAGONIS
RESEPTOR HISTAMIN H1 (Antihistaminika Klasik)
Golongan
ini dibagi lagi berdasarkan rumus bangun kimianya, yaitu:
a)
Senyawa
Etanolamin; antara lain Difenhidramin, Dimenhidrinat Karbinoksamin maleat.
b)
Senyawa
Etilendiamin; antara lain Antazolin, Pirilamin, dan Tripelenamin.
c)
Senyawa
Alkilamin; antara lain Fenirarnin, Klorfeniramin, Bromfeniramin, dan Deksklorfeniramin.
d)
Senyawa
Siklizin; antara lain Siklizin, Klorsiklizin, dan Homoklorsiklizin.
e)
Senyawa
Fenotiazin; antara lain Prometazin, Metdilazin, dan Oksomemazin.
f)
Senyawa
lain‑lain; yaitu Dimetinden, Mebhidrolin, dan Astemizol.
1.
Diphenhydramine
Chemical name: 2-Benzhydryloxy-NN-dimethylethylamine
Molecular formula: C17H21NO
=255.4

2.
Chlorpeniramine
Chemical name: N-(4-Chlorobenzyl)-N´N´-dimethyl-N-(2
pyridyl)
ethylenediamine hydrochloride
Molecular formula: C16H20ClN3,HCl =326.3

Mekanisme kerja :
Menghambat
efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos.
Selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan
lain yang disertai pengelepasan histamin endogen berlebihan.
Farmakokinetik
:
Setelah
pemberian oral atau parenteral, AH1 diabsorpsi secara baik. Efeknya timbul
15-30 menit dan minimal 1-2 jam. Lama kerja AH1 setelah pemberian dosis tunggal
kira-kira 4-6jam. Untuk gol. klorsiklizir 8-12 jam, Difenhidramin yang
diberikan secara oral akan mencapai kadar maksimal dalam darah setelah
kira-kira 2jam berikutnya. Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru. Tempat
utama biotransformasi AH1 adalah hati, tetapi dapat juga pada paru-paru dan
ginjal. AH1 diekskresi melalui urin setelah 24jam, terutama dalam bentuk
metabolitnya.
Farmakodinamik
:
yang memblock reseptor H1,dengan
efek terhadap penciutan bronchi, usus, dan rahim, terhadap ujung saraf
(vasodilatasi, naiknya permeabilitas).
Interaksi :
Diphenhydramine
menghalangi CYTOCHROME P450 ISOENZYME CYP2D6 yang bertanggung jawab untuk
metabolisme beberapa beta blockers termasuk metoprolol dan antidepressant
venlafaxine.
Efek toksik :
Keracunan
akut AH1 terjadi karena obat golongan ini sering terdapat sebagai obat
persediaan rumah tangga. Pada anak, keracunan terjadi karena kecelakaan,
sedangkan pada orang dewasa akibat usaha bunuh diri. Dosis 20-30 tablet AH1
sudah bersifat letal bagi anak.
Efek
sentral AH1 merupakan efek yang berbahaya. Pada anak kecil efek yang dominan
ialah perangsangan dengan manifestasi halusinasi, eksitasi, ataksia,
inkoordinasi, atetosis dan kejang. Kejang ini kadang-kadang disertai tremor dan
pergerakan atetoid yang bersifat tonik-klonik yang sukar dikontrol. Gejala lain
mirip gejala keracunan atropin misalnya midriasis, kemerahan dimuka dan sering
timbul demam. Akhirnya terjadi koma dalam dengan kolaps kardiorespiratoar yang
disusul kematian dalam 2-18 jam. Pada orang dewasa, manifestasi keracunan biasanya
berupa depresi pada pemulaan, kemudian eksitasi dan akhirnya depresi SSP lebih
lanjut.
B.
ANTAGONIS
RESEPTOR HISTAMIN H2 (Penghambat Asma)
Reseptor histamin H2 berperan dalam
efek histamin terhadap sekresi cairan lambung, perangsangan jantung serta relaksasi
uterus tikus dan bronkus domba. Beberapa jaringan seperti otot polos, pembuluh
darah mempuntai kedua reseptor yaitu H1 dan H2.
Farmakodinamik
Simetidine
dan ranitidine menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversibel.
Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi cairan lambung, sehingga pada
pemberian simetidin atau ranitidin sekresi cairan lambung dihambat.
Farmakokinetik
Bioavaibilitas
oral simetidin sekitar 70%, sama dengan setelah pemberian IV atau IM. Absorpsi
simetidin diperlambat oleh makanan. Absorpsi terjadi pada menit ke 60-90. Masa
paruh eliminasi sekitar 2jam. Bioavaibilitas ranitidin yang diberikan secara
oral sekitar 50% dan meningkat pada pasien penyakit hati. Pada pasien penyakit
hati masa paruh ranitidin juga memanjang meskipun tidak sebesar pada gagal
ginjal. Kadar puncak plasma dicapai dalam 1-3 jam setelah pengguanaan 150 mg
ranitidin secara oral, dan yang terikat protein plasma hanya 15%.Sekitar 70%
dari ranitidin yang diberikan IV dan 30% dari yang diberikan secara oral diekskresi
dalam urin.
Mekanisme
aksi
Walaupun
simetidin dan ranitidin berfungsi sama yaitu menghambat reseptor H2, namun
ranitidin lebih poten. Simetidin juga menghambat histamin N-methyl
transferase, suatu enzim yang berperan dalam degrasi histamin. Tidak seperti
ranitidin, simetidin menunjukkan aktivitas antiandrogen, suatu efek yang
diketahui tidak berhubungan dengan kemampuan menghambat raseptor H2. Simetidin
tampak meningkatkan sistem imun dengan menghambat aktivitas sel T supresor. Hal
ini disebabkan oleh blokade resptor H2 yang dapat dilihat dari supresor
limfosit T. Imunitas humoral dan sel dapat dipengaruhi.
Penggunaan
klinis
Indikasi
:
Simetidin
dan ranitidin diindikasikan untuk tukak peptik. Antihistamin H2 sama efektif
dengan pengobatan itensif dengan antasid untuk penyembuhan awal tukak
lambung dan duodenum. Antihistamin H2 juga bermanfaat untuk hipersekresi asam
lambung pada sindrom Zollinger-Ellison.
Penggunaan
antihistamin H2 dalam bidang dermatologi seringkali digunakan ranitidin atau
simetidin untuk pengobatan gejala dari mastocytosis sistematik, sperti
urtikaria dan pruritus. Pada beberapa pasien pengobatan digunakan dosis tinggi.
Efek
samping
Insiden
efek samping kedua obat ini rendah dan umumnya berhubungan dengan pemhambatan
terhadap reseptor H2, beberapa efek samping lain tidak berhubungan dengan
penghambatan reseptor. Efek samping ini antara lain : Nyeri kepala, Pusing, Malaise,
Mialgia, Mual, Diare, Konstipasi, Ruam kulit, Pruritus, Kehilangan libido, Impoten
C.
ANTAGONIS
RESEPTOR HISTAMIN H3
Antagonis H3 memiliki khasiat
sebagai stimulan dan memperkuat kemampuan kognitif. Penggunaannya sedang
diteliti untuk mengobati penyakit Alzheimer's, dan schizophrenia. Contoh
obatnya adalah ciproxifan, dan clobenpropit.
D.
ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H4
Memiliki khasiat imunomodulator,
sedang diteliti khasiatnya sebagai antiinflamasi dan analgesik. Contohnya
adalah tioperamida. Beberapa obat lainnya juga memiliki khasiat antihistamin.
Contohnya adalah obat antidepresan trisiklik dan antipsikotik. Prometazina
adalah obat yang awalnya ditujukan sebagai antipsikotik, namun kini digunakan
sebagai antihistamin. Senyawa-senyawa lain seperti cromoglicate dan nedocromil,
mampu mencegah penglepasan histamin dengan cara menstabilkan sel mast, sehingga
mencegah degranulasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung & Trevor’s. Pharmacology
Examination & Board Review 9th Edition
Katzung,
Bertram. 2007. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8. Salemba Medika:Jakarta.
Setiawati
A. Adrenergik. Dalam : Ganiswarna SG. Farmakologi Dan Terapi. Edisi 4.
Jakarta; Bagian Farmakologi FKUI, 1995: 57-76
Ganiswarna.
S. A. 2005. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal.332
Goodman
& Gilman. The Pharmacological Basisi of Therapeutics 12th
Edition
PERMASALAHAN DAN PERTANYAAN
PERMASALAHAN DAN PERTANYAAN
1. Kenapa Antihistamin
sering digunakan pada pengobatan cacar air ?
2. Kenapa Antihistamin
sering digunakan pada pengobatan vertigo ?
3. Selain
senyawa kimia diatas senyawa alami apa yang bisa dijadikan antihistamin ?
Baiklah di sini sari akan membantu menjawab pertanyaan no. 1,Antihistamin menjadi salah satu obat yang cukup penting karena membantu mengurangi risiko menggaruk kulit. Menggaruk lepuhan bisa membuat penyakit menyebar ke bagian tubuh yang lain dan menimbulkan bekas luka cacar nantinya.
BalasHapusRifqi akan membantu menjawab pertanyaan nomor 2 yakni kenapa antihistamin sering digunakan pada pengobatan Vertigo ? Yaitu karena Antihistamin bekerja pada reseptor histamin-1 perifer untuk memberikan efek penekanan pada respon vestibuler sehingga mengurangi gejala vertigo. Obat ini juga dapat bekerja sentral untuk mencegah dan mengurangi “motion-sickness” atau mabuk perjalanan. Obat antihistamin yang diberikan secara oral dapat memberikan efek antivertigo dengan lama rata - rata sekitar 4 hingga 12.
BalasHapusHaii yudi.. saya akan mencoba menjawab permasalahan nomor 1.
BalasHapusKarena Antihistamin menjadi salah satu obat yang cukup penting untuk membantu mengurangi risiko menggaruk kulit. Menggaruk lepuhan bisa membuat penyakit menyebar ke bagian tubuh yang lain dan menimbulkan bekas luka cacar nantinya.. Semoga membantu��
no 1
BalasHapuskarena pada dasarnya penyakit cacar menyebabkan rasa gatal sehingga diperlukan antihistamin untuk dapat menurunkan sensasi gatal