Sabtu, 23 November 2019

Antihistamin


ANTIHISTAMIN
DEFINISI
Antihistamin merupakan salah satu obat yang paling banyak digunakan, karena antihistamin adalah obat yang paling bermanfaat untuk mengatasi penyakit alergi seperti rhinitis,urtikaria,pruritus,dan lain-lain. Walaupun selama ini ahtihistamin dianggap sebagai obat yang cukup aman, namun efek samping sedasi (rasa mengantuk) menyebabkan penurunan daya tangkap, terutama pada antihistamin generasi pertama, sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Oleh sebab itu, untuk penanganan penyakit alergi gunakan antihistamin yang aman dan efektif.
Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat yang mampu mencegah penglepasan atau kerja histamin. Istilah antihistamin dapat digunakan untuk menjelaskan antagonis histamin yang mana pun, namun seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk kepada antihistamin klasik yang bekerja pada reseptor histamin H1.
Antihistamin ini biasanya digunakan untuk mengobati reaksi alergi, yang disebabkan oleh tanggapan berlebihan tubuh terhadap alergen (penyebab alergi), seperti serbuk sari tanaman. Reaksi alergi ini menunjukkan penglepasan histamin dalam jumlah signifikan di tubuh.
Terdapat beberapa jenis antihistamin, yang dikelompokkan berdasarkan sasaran kerjanya terhadap reseptor histamin.
Antihistaminika adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dangan jalan memblokir reseptor histamin (penghambatan saingan).
Histamin adalah suatu amin nabati yang ditemukan oleh Dr.Paul Ehrlich (1878) dan merupakan produk normal dan pertukaran zat histidin. Asama amino ini masuk ke dalam tubuh terutama lewat daging dan di jaringan (juga di usus halus) di ubah secara enzimatis menjadi histamin (dekarboksilasi).
Biasanya dengan istila “antihistaminika” selalu dimaksud H1-blokers. Selain bersifat antihistamin, obat-obat ini juga memiliki  berbagai khasiat lainnya, yakni daya antikolinergis, antiemetis, dan daya menekan SSP (sodatif), sedangkan beberapa di antaranya mempunyai efek antiserotonin dan lokal anestetis (lemah).

PENGGOLONGAN ANTI HISTAMIN
A.      ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H1 (Antihistaminika Klasik)
Golongan ini dibagi lagi berdasarkan rumus bangun kimianya, yaitu:
a)         Senyawa Etanolamin; antara lain Difenhidramin, Dimenhidrinat Karbinoksamin maleat.
b)        Senyawa Etilendiamin; antara lain Antazolin, Pirilamin, dan Tripelenamin.
c)         Senyawa Alkilamin; antara lain Fenirarnin, Klorfeniramin, Bromfeniramin, dan Deksklorfeniramin.
d)        Senyawa Siklizin; antara lain Siklizin, Klorsiklizin, dan Homoklorsiklizin.
e)         Senyawa Fenotiazin; antara lain Prometazin, Metdilazin, dan Oksomemazin.
f)         Senyawa lain‑lain; yaitu Dimetinden, Mebhidrolin, dan Astemizol.
1.        Diphenhydramine
Chemical name: 2-Benzhydryloxy-NN-dimethylethylamine
Molecular formula: C17H21NO =255.4
Chemical Structure of Diphenhydramine
2.        Chlorpeniramine
Chemical name: N-(4-Chlorobenzyl)-N´N´-dimethyl-N-(2
pyridyl) ethylenediamine hydrochloride
Molecular formula: C16H20ClN3,HCl =326.3
                                              Chemical Structure of Chloropyramine

Mekanisme kerja :
Menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos. Selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai pengelepasan histamin endogen berlebihan.
Farmakokinetik :
Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1 diabsorpsi secara baik. Efeknya timbul 15-30 menit dan minimal 1-2 jam. Lama kerja AH1 setelah pemberian dosis tunggal kira-kira 4-6jam. Untuk gol. klorsiklizir 8-12 jam, Difenhidramin yang diberikan secara oral akan mencapai kadar maksimal dalam darah setelah kira-kira 2jam berikutnya. Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru. Tempat utama biotransformasi AH1 adalah hati, tetapi dapat juga pada paru-paru dan ginjal. AH1 diekskresi melalui urin setelah 24jam, terutama dalam bentuk metabolitnya.
Farmakodinamik :
yang memblock reseptor H1,dengan efek terhadap penciutan bronchi, usus, dan rahim, terhadap ujung saraf (vasodilatasi, naiknya permeabilitas).
Interaksi :
Diphenhydramine menghalangi CYTOCHROME P450 ISOENZYME CYP2D6 yang bertanggung jawab untuk metabolisme beberapa beta blockers termasuk metoprolol dan antidepressant venlafaxine.
Efek toksik :
Keracunan akut AH1 terjadi karena obat golongan ini sering terdapat sebagai obat persediaan rumah tangga. Pada anak, keracunan terjadi karena kecelakaan, sedangkan pada orang dewasa akibat usaha bunuh diri. Dosis 20-30 tablet AH1 sudah bersifat letal bagi anak.
Efek sentral AH1 merupakan efek yang berbahaya. Pada anak kecil efek yang dominan ialah perangsangan dengan manifestasi halusinasi, eksitasi, ataksia, inkoordinasi, atetosis dan kejang. Kejang ini kadang-kadang disertai tremor dan pergerakan atetoid yang bersifat tonik-klonik yang sukar dikontrol. Gejala lain mirip gejala keracunan atropin misalnya midriasis, kemerahan dimuka dan sering timbul demam. Akhirnya terjadi koma dalam dengan kolaps kardiorespiratoar yang disusul kematian dalam 2-18 jam. Pada orang dewasa, manifestasi keracunan biasanya berupa depresi pada pemulaan, kemudian eksitasi dan akhirnya depresi SSP lebih lanjut. 
B.       ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H2 (Penghambat Asma)
Reseptor histamin H2 berperan dalam efek histamin terhadap sekresi cairan lambung, perangsangan jantung serta relaksasi uterus tikus dan bronkus domba. Beberapa jaringan seperti otot polos, pembuluh darah mempuntai kedua reseptor yaitu H1 dan H2.
Farmakodinamik
Simetidine dan ranitidine menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversibel. Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi cairan lambung, sehingga pada pemberian simetidin atau ranitidin sekresi cairan lambung dihambat.
Farmakokinetik
Bioavaibilitas oral simetidin sekitar 70%, sama dengan setelah pemberian IV atau IM. Absorpsi simetidin diperlambat oleh makanan. Absorpsi terjadi pada menit ke 60-90. Masa paruh eliminasi sekitar 2jam. Bioavaibilitas ranitidin yang diberikan secara oral sekitar 50% dan meningkat pada pasien penyakit hati. Pada pasien penyakit hati masa paruh ranitidin juga memanjang meskipun tidak sebesar pada gagal ginjal. Kadar puncak plasma dicapai dalam 1-3 jam setelah pengguanaan 150 mg ranitidin secara oral, dan yang terikat protein plasma hanya 15%.Sekitar 70% dari ranitidin yang diberikan IV dan 30% dari yang diberikan secara oral diekskresi dalam urin. 
Mekanisme aksi
Walaupun simetidin dan ranitidin berfungsi sama yaitu menghambat reseptor H2, namun ranitidin lebih poten. Simetidin juga menghambat histamin N-methyl  transferase, suatu enzim yang berperan dalam degrasi histamin. Tidak seperti ranitidin, simetidin menunjukkan aktivitas antiandrogen, suatu efek yang diketahui tidak berhubungan dengan kemampuan menghambat raseptor H2. Simetidin tampak meningkatkan sistem imun dengan menghambat aktivitas sel T supresor. Hal ini disebabkan oleh blokade resptor H2 yang dapat dilihat dari supresor limfosit T. Imunitas humoral dan sel dapat dipengaruhi.
Penggunaan klinis
Indikasi : 
Simetidin dan ranitidin diindikasikan untuk tukak peptik. Antihistamin H2 sama efektif dengan pengobatan itensif dengan antasid  untuk penyembuhan awal tukak lambung dan duodenum. Antihistamin H2 juga bermanfaat untuk hipersekresi asam lambung pada sindrom Zollinger-Ellison.
Penggunaan antihistamin H2 dalam bidang dermatologi seringkali digunakan ranitidin atau simetidin untuk pengobatan gejala dari mastocytosis sistematik, sperti urtikaria dan pruritus. Pada beberapa pasien pengobatan digunakan dosis tinggi.
Efek samping
Insiden efek samping kedua obat ini rendah dan umumnya berhubungan dengan pemhambatan terhadap reseptor H2, beberapa efek samping lain tidak berhubungan dengan penghambatan reseptor. Efek samping ini antara lain : Nyeri kepala, Pusing, Malaise, Mialgia, Mual, Diare, Konstipasi, Ruam kulit, Pruritus, Kehilangan libido, Impoten
C.      ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H3
Antagonis H3 memiliki khasiat sebagai stimulan dan memperkuat kemampuan kognitif. Penggunaannya sedang diteliti untuk mengobati penyakit Alzheimer's, dan schizophrenia. Contoh obatnya adalah ciproxifan, dan clobenpropit.
D.      ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H4
Memiliki khasiat imunomodulator, sedang diteliti khasiatnya sebagai antiinflamasi dan analgesik. Contohnya adalah tioperamida. Beberapa obat lainnya juga memiliki khasiat antihistamin. Contohnya adalah obat antidepresan trisiklik dan antipsikotik. Prometazina adalah obat yang awalnya ditujukan sebagai antipsikotik, namun kini digunakan sebagai antihistamin. Senyawa-senyawa lain seperti cromoglicate dan nedocromil, mampu mencegah penglepasan histamin dengan cara menstabilkan sel mast, sehingga mencegah degranulasinya.





DAFTAR PUSTAKA

Katzung & Trevor’s. Pharmacology Examination & Board Review 9th Edition
Katzung, Bertram. 2007. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8. Salemba Medika:Jakarta.
Setiawati A. Adrenergik. Dalam : Ganiswarna SG. Farmakologi Dan Terapi. Edisi 4. Jakarta; Bagian Farmakologi FKUI, 1995: 57-76
Ganiswarna. S. A. 2005.  Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal.332
Goodman & Gilman. The Pharmacological Basisi of Therapeutics 12th Edition






PERMASALAHAN DAN PERTANYAAN
1.      Kenapa Antihistamin sering digunakan pada pengobatan cacar air ?

2.      Kenapa Antihistamin sering digunakan pada pengobatan vertigo ?
3.    Selain senyawa kimia diatas senyawa alami apa yang bisa dijadikan antihistamin ?

4 komentar:

  1. Baiklah di sini sari akan membantu menjawab pertanyaan no. 1,Antihistamin menjadi salah satu obat yang cukup penting karena membantu mengurangi risiko menggaruk kulit. Menggaruk lepuhan bisa membuat penyakit menyebar ke bagian tubuh yang lain dan menimbulkan bekas luka cacar nantinya.

    BalasHapus
  2. Rifqi akan membantu menjawab pertanyaan nomor 2 yakni kenapa antihistamin sering digunakan pada pengobatan Vertigo ? Yaitu karena Antihistamin bekerja pada reseptor histamin-1 perifer untuk memberikan efek penekanan pada respon vestibuler sehingga mengurangi gejala vertigo. Obat ini juga dapat bekerja sentral untuk mencegah dan mengurangi “motion-sickness” atau mabuk perjalanan. Obat antihistamin yang diberikan secara oral dapat memberikan efek antivertigo dengan lama rata - rata sekitar 4 hingga 12.

    BalasHapus
  3. Haii yudi.. saya akan mencoba menjawab permasalahan nomor 1.
    Karena Antihistamin menjadi salah satu obat yang cukup penting untuk membantu mengurangi risiko menggaruk kulit. Menggaruk lepuhan bisa membuat penyakit menyebar ke bagian tubuh yang lain dan menimbulkan bekas luka cacar nantinya.. Semoga membantu��

    BalasHapus
  4. no 1
    karena pada dasarnya penyakit cacar menyebabkan rasa gatal sehingga diperlukan antihistamin untuk dapat menurunkan sensasi gatal

    BalasHapus

Hematologi

HEMATOLOGI PENGERTIAN HEMATOLOGI Hematologi asal dari bahasa Yunani yang artinya HAIMA=DARAH. Hematologi adalah cabang ilmu yang mem...