Sabtu, 30 November 2019

Hematologi

HEMATOLOGI



PENGERTIAN HEMATOLOGI
Hematologi asal dari bahasa Yunani yang artinya HAIMA=DARAH. Hematologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang darah

ANATOMI DARAH
Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen-elemen pembentuknya) tertahan dan dibawa dalam bentuk cairan (plasma)

Fungsi Darah :

  1. Sebagai sistem transport, yaitu menghantarkan bahan kimia, oksigen, dan nutrient ke seluruh tubuh
  2. Mengangkut semua sisa metabolit ke organ pembuangan
  3. Menghantarkan hormon-hormon ke organ sasaran
  4. Mengangkut enzim, zat buffer, elektrolit ke seluruh tubuh
  5. Mengatur keseimbangan suhu tubuh

KOMPONEN DARAH
                                                     

        Darah terdiri dari 2 komponen yaitu    Plasma darah dan Sel-sel darah

1. PLASMA DARAH
Plasma tersusun dari Air (90-92%) dan zat terlarut, meliputi :

PROTEIN PLASMA (Menyusun 7% plasma)
Protein plasma bertanggung jawab dalam menciptakan tekanan osmotik darah (normalnya 25 mmHg/3.3 kPa) yang mempertahankan cairan plasma di dalam sirkulasi Viskositas (kekentalan) plasma disebabkan adanya protein plasma terutama:

1) Albumin (60%) ( dibentuk di hati
Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dan berfungsi:
a. Mempertahankan tekanan osmotik plasma yang normal
b. Bekerja sebagai pembawa molekul untuk lipid dan hormon steroid

2) Globulin (35%) ( dibentuk di hati dan tersisa di jaringan limfoid subkelas globulin :
Globulin Alfa dan Beta fungsinya mengangkut bahan tak terlarut dan berperan sebagai proses pembekuan darah
Globulin Gama adalah imunoglobulin (antibodi) dan sangat penting bagi mekanisme pertahanan tubuh

3) Fibrinogen (4%)
Faktor kunci dalam pembentukan darah, zat-zat yang terlarut dalam fibrinogen:
1. Garam-garam mineral
2. Gas (CO2, O2, N2)
3. Enzim 
4. Hormon
5. Antibodi
6. Sisa metabolisme (Urea dan Asam urat)
7. Sari-sari makanan
4) Pengatur Protein (<1%)
Enzim. Proenzim, dan Hormon

CAIRAN LAIN (1%)
ELEKTROLIT
cairan normal ekstraseluler yang komposisinya berupa ion penting dalam aktifitas sel. Ion-ion ini berkontribusi mengatur tekanan osmotik di tubuh. 
Macam  ion elektrolit : Na+, K+, Ca2+,Cl-, HCO-3, HPO4-2-,SO4-2
NUTRIENT ORGANIK
- Digunakan untuk produksi ATP dan Hormon
- Perbaikan sel dengan bantuan monosakarida, asam amino, asam lemak, gliserol lalu di absorpsi
NUTRIENT ANORGANIK
Berfungsi dalam kontraksi otot, transmisi impuls saraf, pembentukan sekresi dan mempertahankan keseimbangan asam-basa (pH darah normal 7,35-7,45)
NUTRIENT BUANGAN
Berasal dari makanan yang kita makan, nantinya akan di proses untuk di ekresikan, berupa: Urin (urea),asam urea, kreatinin, bilirubin, dan amonia.


2. SEL DARAH
Semua sel darah berasal dari sel benih (stem cell) pluripoten dan melalui beberapa tahap sebelum memasuki darah. 
Pembentukan sel darah ini disebut  Hemopoiesis , proses berlangsungnya di sumsum tulang

Pada orang dewasa : Hemopoiesis berlangsung di Tulang Pipih, Tulang Irreguler Ujung (Epifisis), Tulang Oslonga, Tulang Sternum, Iga, Pelvis, Tengkorak
Pada anak-anak : Hemopoiesis berlangsung di sum-sum tulang dn bagian distal tulang panjang

ERITROSIT (Sel Darah Merah)

Masa hidup eritrosit sekitar 120 hari, Eritropoiesis (perkembangan sel darah merah dari sel benih pluripoten) berlangsung selama 7 Hari 
Karakterisitik Eritrosit :
Sel darah merah merupakan kepingan bikonkaf atau bulat gepeng yang memiliki inti sel
Berdiameter sekitar 7,5-8 mikrometer 
Ketebalan 2 mikrometer di pinggir, tebal 1 mikrometer ditengah-tengah sel
Eritrosit merupakan komponen utama sel darah merah yaitu sekitar 99%
Setiap mm3 darah pda seorang laki-laki mengandung ± 5 juta sel eritrosit dan pada seorang wanita sekitar ± 4 juta sel darah merah
Mengandung hemoglobin yang membuat darah berwarna merah. Hemoglobin adalah protein kompleks berukuran besar yang mengandung protein globural (globulin), Tiap molekul hemoglobin mengandung 4 rantai globin dan 4 rantai heme, masing-masing disertai atom besi yang dapat berkombinasi dengan molekul oksigen
Eritrosit dihasilkan di sumsum merah tulang, yang berada di tulang oslongal, tulang osplana, dan tulang osirregular (tulang yang tidak beraturan)
Jumlah eritrosit normal
pada wanita 3,8x1012/ l sampai 5x1012/ l pada pria  4,5x1012/ l sampai 6,5x1012/ l

TROMBOSIT (Keping Darah)
Masa hidup trombosit antara 8-11 hari dan sisa trombosit yang tidak digunakan dalam hemostasis dihancurkan oleh makrofag, terutama di limpa
Trombosit (Keping darah) merupakan kepingan atau lempengan berukuran sangat kecil, tidak ada inti sel namun banyak granula berasal dar sitoplasma megakariosit
Mempunyai bentuk yang tidak beraturan, namun saat teraktivitas, trombosit berbentuk cakram bikonveks
Trombosit bertanggung jawab dalam hemostasis (penghentian pendarahan) 
Biasanya berdiameter 2-3 mikrometer
Setiap 1 liter darah mengandung 200x1012/ l sampai 350x1012/ l

LEUKOSIT (Sel Darah Putih)
Leukosit (Sel Darah Putih) adalah sel darah yang paling besar dan menyusun sekitar 1% volume darah
Karakteristik Sel Darah Putih :
Sel ini memiliki fungsi yang penting dalam pertahanan tubuh terhadapa mikroba dan materi asing lainnya.
Leukosit mengandung inti sel dan sebagai leukosit memiliki granula dan sitoplasmanya
Ada 2 jenis leukosit, yaitu granulosit/ leukosit polimorfonuklear (neutrofil, eosinofil, dan basofil) dan aganulosit (limfosit dan monosit)

DAFTAR PUSTAKA
Handayani, W dan A. S. Haribowo. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Hematologi, Salemba Medika, Jakarta.
Pertiwi. N. M. I., R. Niruri dan K. Ariawati. 2013. Gangguan Hematologi Akibat Terapi Pada Anak Dengan Leukemia Limfositik Akut Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah.Jurnal Farmasi Udayana. 1(1).
Siswando, S. 2016. Kimia Medisinal 2 Edisi 2, Airlangga University Press, Surabaya
Sovia, E dan E. R. Yuslianti. 2012. Farmakologi Kedokteran Gigi Praktis, Deepublish, Yogyakarta.

PERMASALAHAN 
1. Bagaimana prosedur yang dilakukan oleh spesialis darah dalam mengobati pasien? 
2. Kapan perlu dilakukan tes hematologi?
3. Kenapa harus dilakukan tes hematologi?

Analgetik

ANALGETIK

         Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Kesadaran akan perasaan sakit terdiri dari dua proses, yakni penerimaan rangsangan sakit di bagian otak besar dan reaksi-reaksi emosional dan individu terhadap perangsang ini. Obat penghalang nyeri (analgetik) mempengaruhi proses pertama dengan mempertinggi ambang kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi psychis yang diakibatkan oleh rangsangan sakit. 


         Nyeri adalah perasaan dan emosional yang tidak enak yang berkaitan  dengan kerusakan jaringan. Keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit kepala dan memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsang nyeri. Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi dan ambang toleransi (tingkat dimana nyeri dirasakan pertama kali atau intensitas rangsangan yang terendah saat seseorang merasa nyeri) berbeda-beda bagi setiap orang. Batas nyeri untuk suhu adalah konstan yaitu pada 44-45 derajat Celcius.

          Mediator nyeri antara lain dapat menyebabkan reksi radang dan kejang-kejang yang menginaktivasi reseptor nyeri di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain. Nociceptor ini terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan diteruskan ke otak melalui jaringan lebat di tajuk-tajuk neuron dengan amat banyak sinaps via sumsum tulang belakang, sumsum lanjutan dan otak tengah. Dari thalamus kemudian impuls diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri.

Berdasarkan proses terjadinya nyeri, rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapa cara, yaitu :
1. Merintangi pembentukan rangsangan dalam reseptor-reseptor nyeri perifer, oleh analgetika perifer atau anestetika lokal.
2. Merintangi penyaluran rangsangan nyeri dalam saraf-saraf sensoris, misalnya dengan anestetika lokal
3. Blokade dari pusat nyeri dalam Sistem Saraf Pusat dengan analgetika sentral (narkotika) atau anestetika umum.

  Secara umum analgetika dibagi dalam dua golongan, yaitu analgetika non-narkotinik atau analgesik non-opioid atau integumental analgesic (misalnya asetosal dan parasetamol) dan analgetika narkotik atau analgesik opioid atau visceral analgesic (misalnya morfin).

Analgetika Narkotik
Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan tingkat kerja yang terletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya mengurangi kesadaran (sifat meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat mengakibatkan toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan fisik (ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan. Karena bahaya adiksi ini, maka kebanyakan analgetika sentral seperti narkotika dimasukkan dalam Undang-Undang Narkotika dan penggunaannya diawasi dengan ketat oleh Dirjen POM.
Secara kimiawi, obat-obat ini dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai berikut :
1. Alkaloid candu alamiah dan sintesis morfin dan kodein, heroin, hidromorfon, hidrokodon, dan dionin.
2. Pengganti-pengganti morfin yang terdiri dari :
a. Petidin dan turunannya, fentanil dan sufentanil
b. Metadon dan turunannya:dekstromoramida, bezitramida, piritramida, dan d-ptopoksifen
c. Fenantren dan turunannya levorfenol termasuk pula pentazosin.
Efek morfin terhadap Sistem Saraf Pusat berupa analgesia dan narkosis. Analgesia oleh morfin dan opioid lain sudah timbul sebelum penderita tidur dan seringkali analgesia terjadi tanpa disertai tidur. Morfin dosis kecil (15-20 mg) menimbulkan euforia pada penderita yang sedang menderita nyeri, sedih dan gelisah. Sebaliknya, dosis yang sama pada orang normal seringkali menimbulkan disforia berupa perasaan kuatir atau takut disertai dengan mual, dan muntah. Morfin juga menimbulkan rasa kantuk, tidak dapat berkonsentrasi, sukar berfikir, apatis, aktivitas motorik berkurang, ketajaman penglihatan berkurang, ektremitas tersa berat, badan terasa panas, muka gatal dan mulut terasa kering, depresi nafas dan miosis. Rasa lapar hilang dan dapat muntah yang tidak selalu disertai rasa mual. Dalam lingkungan yang tenang orang yang diberikan dosis terapi (15-20 mg) morfin akan tertidur cepat dan nyenyak disertai mimpi, nafas lambat dan miosis.

Antara nyeri dan efek analgetik (juga efek depresi nafas) morfin dan opioid lain terdapat antagonisme, artinya nyeri merupakan antagonis faalan bagi efek analgetik dan efek depresi nafas morfin. Bila nyeri sudah dialami beberapa waktu sebelum pemberian morfin, efek analgetik obat ini tidak begitu besar. Sebaliknya bila stimulus nyeri ditimbulkan setelah efek analgetik mencapai maksimum, dosis morfin yang diperlukan untuk meniadakan nyeri itu jauh lebih kecil. Penderita yang sedang mengalami nyeri hebat dan memerlukan mofin dengan dosis besar untuk menghilangkan rasa nyerinya, dapat tahan terhadap depresi nafas morfin. Tetapi bila nyeri itu tiba-tiba hilang, maka kemungkinan besar timbul gejala depresi nafas oleh morfin.

Analgetika Perifer (non-narkotik)
Obat obat ini dinamakan juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan. Semua analgetika perifer juga memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada keadaan demam, maka disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai keluarnya banyak keringat.
Penggolongan analgetika perifer secara kimiawi adalah sebagai berikut:
1. Salisilat-salisilat, Na-salisilat, asetosal, salisilamida, dan benirilat
2. Derivat-derivat p-aminofenol:fenasetin dan parasetamol
3. Derivat-derivat pirozolon:antipirin,aminofenazon, dipiron, fenilbutazon dan turunan-turunannya
4. Derivat-derivat antranilat: glafenin, asam mefenamat, dan asam nifluminat.
Efek-efek samping yang biasanya muncul adalah gangguan-gangguan lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan hati, dan ginjal dan juga reaksi-reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau pada dosis besar, maka sebaiknya janganlah menggunakan analgetika ini secara terus-menerus.

Analgetika-Antipiretik
Analgetik adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Sedangkan antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh yang tingi. Jadi, analgetik-antipiretik dalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
Sebagai mediator nyeri, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Histamin
2. Serotonin
3. Plasmokinin (antara lain Bradikinin)
4. Prostaglandin
5. Ion Kalium
Analgetik diberikan kepada penderita untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsang mekanis, kimia, dan fisis yang melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri). Rasa nyeri tersebut terjadi akibat terlepasnya mediator-mediator nyeri (misalnya bradikinin, prostaglandin) dari jaringan yang rusak yang kemudian merangsang reseptor nyeri di ujung saraf perifer ataupun ditempat lain. Dari tempat-tempat ini selanjutnya rangsang nyeri diteruskan ke pusat nyeri di korteks serebri oleh saraf sensoris melalui sumsum tulang belakang dan thalamus.
Secara fungsional dibedakan dua jenis reseptor yang dapat menyusun dua system serabut berbeda :
a. mekanoreseptor, yang meneruskan nyeri permukaan melalui serabut A-delta bermielin
b. termoreseptor, yang meneruskan nyeri kedua melalui serabut-serabut C yang tidak bermielin.
Potensial aksi yang terbentuk pada reseptor nyeri diteruskan melalui serabut aferen ke dalam akar dorsal sumsum tulang belakang. Pada tempat awal kontak ini, bertemu tidak hanya saraf aferen, yang impulsnya tumpang tindih, tetapi disini juga terjadi refleks somatic dan vegetatif awal (misalnya menarik tangan waktu tangan tersentuh benda panas, terbentuknya eritema lokal) melalui interneuron. Disamping itu, pada tempat ini juga terjadi pengaruh terhadap serabut aferen melalui sisitem penghambat nyeri menurun.
Pembentukan impuls nyeri terjadi melalui interneuron pada neuron-neuron selanjutnya yang menyilang pada sisi yang lain dan menuju ke arah pusat dalam tractus spinothalamicus, yang terbagi dalam :
a. tractus palaeospinothalamicus yang tua secar filogenetik, yang mengandung terutama serabut C
b. tractus neospinothalamus yang lebih muda secara filogenik, yang terutama mengandung serabut A-delta

Daftar Pustaka
Siswandono. 2016. Kimia Medisinal. Unair Press, Surabaya.
Beale, J. M dan J. H. Block. 2011. Organic Mediinal and Pharmaceutical Chemistry. Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia.


PERMASALAHAN

  1. Bisakah sediaan analgetik dibuat dalam bentuk sediaan lain selain oral ?
  2. Kenapa daya analgetik antara codein dan morfin berbeda?
  3. Bagaimana mekanisme Asam salisilat sehingga dapat menyebabkan efek samping  asma?

Sabtu, 23 November 2019

Antikonvulsi


 ANTIKONVULSI

Kejang adalah manifestasi dari debit hypersynchronous neuron kortikal yang abnormal. Tanda-tanda klinis atau gejala kejang tergantung pada lokasi debit epilepsi di korteks dan sejauh apa pola propagasi dari debit epilepsi di otak. Epilepsi merupakan masalah penting baik dipandang dari ilmu kedokteran maupun social.
Dengan adanya pengobatan jangka panjang terhadap penderita epilepsi maka dapat terjadi efek samping obat. Salah satu efek samping obat anti epilepsi adalah terjadinya gangguan memori terutama memori jangka pendek sehingga informasi dari luar menjadi terhambat dan akibatnya dapat memperlambat peningkatan kualitas hidup.
Ditinjau dari penyebab epilepsi dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
  1. Epilepsi primer atau epilepsi idiopatik yang hingga kini tidak ditemukan penyebabnya
  2. Epilepsi sekunder yaitu yang penyebabnya diketahui.
Pada epilepsi primer tidak ditemukan kelainan pada jaringan otak. Diduga terdapat kelainan atau gangguan keseimbangan zat kimiawi dalam sel-sel saraf pada area jaringan otak yang abnormal.
Epilepsi sekunder berarti bahwa gejala yang timbul ialah sekunder, atau akibat dari adanya kelainan pada jaringan otak.Kelainan ini dapat disebabkan karena dibawa sejak lahir atau adanya jaringan parut sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir atau pada masa perkembangan anak.
Penyebab spesifik dari epilepsi sebagai berikut :
  1. kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu, seperti ibu menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, menglami infeksi, minum alcohol, atau mengalami cidera.
  2. kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang mengalir ke otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan.
  3. cidera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak
  4. tumor otak merupakan penyebab epilepsy yang tidak umum terutama pada anak-anak.
  5. penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otak
  6. radang atau infeksi pada otak dan selaput otak
  7. penyakit keturunan seperti fenilketonuria (FKU), sclerosis tuberose dan neurofibromatosis dapat menyebabkan kejang-kejang yang berulang.
  8. kecerendungan timbulnya epilepsy yang diturunkan. Hal ini disebabkan karena ambang rangsang serangan yang lebih rendah dari normal diturunkan pada anak.
Faktor-faktor pencetusnya dapat berupa :
  1. kuarng tidur
  2. stress emosional
  3. infeksi
  4. obat-obat tertentu
  5. alcohol
  6. perubahan hormonal
  7. terlalu lelah
  8. fotosensitif

Patofisiologi
Dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi pada sinaps. Tiap sel hidup, termasuk neuron-neuron otak mempunyai kegiatan listrik yang disebabkan oleh adanya potensial membrane sel. Potensial membrane neuron bergantung pada permeabilitas selektif membrane neuron, yakni membrane sel mudah dilalui oleh ion K dari ruang ekstraseluler ke intraseluler dan kurang sekali oleh ion Ca, Na dan Cl, sehingga di dalam sel terdapat kosentrasi tinggi ion K dan kosentrasi rendah ion Ca, Na, dan Cl, sedangkan keadaan sebaliknya terdapat diruang ekstraseluler. Perbedaan konsentrasi ion-ion inilah yang menimbulkan potensial membran.
Ujung terminal neuron-neuron berhubungan dengan dendrite-dendrit dan badan-badan neuron yang lain, membentuk sinaps dan merubah polarisasi membran neuron berikutnya. Ada dua jenis neurotransmitter, yakni neurotransmitter eksitasi yang memudahkan depolarisasi atau lepas muatan listrik dan neurotransmitter inhibisi yang menimbulkan hiperpolarisasi sehingga sel neuron lebih stabil dan tidak mudah melepaskan listrik. Diantara neurotransmitter-neurotransmitter eksitasi dapat disebut glutamate,aspartat dan asetilkolin sedangkan neurotransmitter inhibisi yang terkenal ialah gamma amino butyric acid (GABA) dan glisin. Jika hasil pengaruh kedua jenis lepas muatan listrik dan terjadi transmisi impuls atau rangsang. Hal ini misalnya terjadi dalam keadaan fisiologik apabila potensial aksi tiba di neuron. Dalam keadaan istirahat, membrane neuron mempunyai potensial listrik tertentu dan berada dalam keadaan polarisasi. Aksi potensial akan mencetuskan depolarisasi membrane neuron dan seluruh sel akan melepas muatan listrik.
Oleh berbagai factor, diantaranya keadaan patologik, dapat merubah atau mengganggu fungsi membaran neuron sehingga membrane mudah dilampaui oleh ion Ca dan Na dari ruangan ekstra ke intra seluler. Influks Ca akan mencetuskan letupan depolarisasi membrane dan lepas muatan listrik berlebihan, tidak teratur dan terkendali. Lepas muatan listrik demikian oleh sejumlah besar neuron secara sinkron merupakan dasar suatu serangan epilepsy. Suatu sifat khas serangan epilepsy ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti akibat pengaruh proses inhibisi. Di duga inhibisi ini adalah pengaruh neuron-neuron sekitar sarang epileptic. Selain itu juga system-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang menjamin agar neuron-neuron tidak terus-menerus berlepasmuatan memegang peranan. Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsy terhenti ialah kelelahan neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak.

Mekanisme Kerja Antiepilepsi
Pemilihan obat untuk terapi masing-masing bentuk epilepsi tergantung dari bentuk bangkitan epilepsi  secara klinis dan kelainan EEGnya.
Ada dua mekanisme antikonvulsi yang penting yaitu :
1)      Dengan mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron epileptic dalam focus epilepsi.
2)      Dengan mencegah terjadinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat pengaruh dari focus epilepsi. Bagian terbesar antiepilepsi yang dikenal termasuk dalam golongan terakhir ini.
Mekanisme kerja antiepilepsi hanya sedikit yang dimengerti secara baik. Berbagai obat antiepilepsi diketahui mempengaruhi berbagai fungsi neurofisiologik otak, terutama yang mempengaruhi system inhibisi yang melibatkan GABA dalam mekanisme kerja berbagai antiepilepsi.

GOLONGAN OBAT ANTIEPILEPSI
1). Golongan Hidantoin
Fenytoin

 

 
Fenitoin natrium umum digunakan sebagai  antiepileptic. Fenitoin bertindak untuk menekan aktivitas otak abnormal dilihat pada kejang dengan mengurangi konduktansi listrik antara sel-sel otak dengan menyeimbangkan keadaan tidak aktif dari tegangan gerbang saluran natrium. Selain untuk pengobatan kejang, fenitoin adalah salah satu pilihan
dalam pengobatan neuralgia trigeminal serta aritmia. Kadang-kadang dianggap sebagai kelas 1b antiarrhythmic.
Farmakologi
Fenitoin berefek antikonvulsi tanpa menyebabkan depresi umum SSP.dosis toksik menyebabkan eksitasi dan dosis letal menimbulkan rigiditas deserebrasi.
Farmakokinetik :
Absorpsi oral berlangssung lambat, 10% dosis oral diekresi bersama tinja dalam bentuk utuh. 90% terikat oleh protein albumin plasma. Kadar puncak dalam plasma 3-12 jam.   Biotransformasi terutama berlangsung dengan cara hidroksilasi oleh enzim mikrosom hati.
Interaksi obat
Kadar fenitoin dalam darah akan meninggi bila diberikan bersama kloramfenikol, disulfiram, INH, simetidin, dikumarol, dan beberapa sulfonamide tertentu, karena obat-obat tersebut menghambat boitransformasi fenitoin.
2). Golongan Barbiturat
Fenolbarbital


 
Fenobarbital ( INN ) atau phenobarbitone (mantan BAN ) adalah yang paling banyak digunakan sebagai antikonvulsi di seluruh dunia dan tertua yang masih sering digunakan. Obat ini juga memiliki sifat sebagai obat penenang dan hipnosis sifat tetapi, seperti dengan barbiturat lainnya, telah digantikan oleh benzodiazepin untuk indikasi ini. Di negara-negara yang lebih makmur, tidak lagi direkomendasikan sebagai pilihan pertama atau lini kedua antikonvulsi untuk jenis serangan yang paling parah, meskipun masih sering digunakan untuk mengobati neonatal kejang.
Indikasi
Fenobarbital ditunjukkan dalam pengobatan semua jenis kejang kecuali kejang tidak ada. Fenobarbital tidak kurang efektif dibandingkan obat kejang kontrol yang lebih modern seperti fenitoin dan carbamazepine. Obat lini pertama untuk pengobatan status epilepticus yang memiliki kerja cepat golongan benzodiazepine seperti diazepam atau lorazepam.
Jika gagal maka fenitoin dapat digunakan, dengan fenobarbital sebagai sebuah alternatif di Amerika Serikat tetapi hanya digunakan baris ketiga di Inggris. Kegagalan itu, dianggap hanya pengobatan anestesi dalam perawatan intensif. Fenobarbital merupakan pilihan pertama untuk pengobatan neonatal kejang. Kekhawatiran bahwa kejang neonatal dalam diri mereka bisa berbahaya membuat kebanyakan dokter memperlakukan mereka agresif.
Efek samping
Sedasi dan hipnosis adalah efek samping utama dari fenobarbital. efek pada sistem saraf pusat seperti pusing, nystagmus dan ataksia juga umum. Pada pasien usia lanjut, dapat menimbulkan kegembiraan dan kebingungan sedangkan pada anak-anak, dapat menyebabkan hiperaktif paradoks. Efek samping lain yang sangat jarang adalah imperfekta amelogenesis .
Kontraindikasi
Porfiria intermiten akut, oversensitivity untuk barbiturat sebelum ketergantungan, pada barbiturat, insufisiensi pernapasan berat dan hyperkinesia pada anak-anak.
Farmakokinetika
Fenobarbital memiliki bioavailabilitas lisan sekitar 90%. Puncak konsentrasi plasma mencapai 8-12 jam setelah pemberian oral. Ini adalah salah satu barbiturat yang paling lama bertindak. Fenobarbital tetap di dalam tubuh untuk waktu yang sangat lama (waktu paruh 2 sampai 7 hari) dan sangat rendah protein yang mengikat (20 menjadi 45%). Fenobarbital dimetabolisme oleh hati, terutama melalui hidroksilasi dan glucuronidation , dan mendorong banyak isozim dari sistem sitokrom P450. Sitokrom P450 2B6 ( CYP2B6 ) secara khusus disebabkan oleh fenobarbital melalui CAR / RXR reseptor nuklear heterodimer. Fenobarbital terutama diekskresikan oleh ginjal .
3). Golongan Oksazolidindion
 Trimetadion
       Trimetadion (3,5,5 trimetiloksazolidin 2,4 dion) merupakan prototype obat bangkitan lena. Trimenadion juga bersifat hipnotik dan analgesic.
     Farmakodinamik :
Pada SSP, trimenadion memperkuat depresi pascatransmisi, sehingga transmisi impuls berurutan dihambat; trimetadion memulihkan pola EEG abnormal pada bangkitan lena.
Farmakokinetik:
Trimenadion per oral mudah diabsorbsi dari saluran cerna dan didistribusi ke berbagai cairan badan. Biotransformasi terutam terjadi di hati.
Intoksikasi dan efek samping
Bersifat ringan berupa sedasi dan hemeralopia, sedang yang sifatnya lebih berat  berupa  gejala pada kulit, darah, ginjal, dan hati. Gejala intoksikasi lebih sering timbul pada pengobatan kronik.
Indikasi :
Indikasi utama  trimetadion ialah bangkitnya lena murni (tidak disertai komponen bangkitan bentuk lain). Trimetadion dapat menormalkan gambaran EEG dan meniadakan kelainan EEG akibat hiperventilasi maksimal pada 70% pasien. Bangkitan lena yang timbul pada anak umumnya sembuh menjelang dewasa.
Kontrindikasi
Pada pasien anemia, leucopenia, penyakit hati, dan ginjal. 

4). Golongan Suksinimid

 
           Antiepilepsi golongan suksinimid yang digunakan di klinik adalah etosuksimid, metosuksimid, dan fensuksimid. Berdasarkan penelitian pada hewan, terungkap bahwa spectrum antikonvulsi etosuksimid sama dengan trimetadion.

Etosuksimid

 
        Etosuksimid diabsorbsi lengkap melalui saluran cerna. Kadar puncak dalam darah setelah 1-7 jam dosis tunggal oral. Etosuksimid merupakan obat pilihan untuk bangkitan lena. Obat ini juga efektif pada bangkitan mioklonik dan bangkitan tonik klonik.
Dosis
Terapi obat konsentrasi individual sesuai dengan respon dan toleransi. Rentang Serum Terapi umum: 40-100 ug / mL. Konsentrasi Serum berpotensi Beracun:> 100 ug / mL.
Mekanisme aksi
Ada beberapa kontroversi mengenai mekanisme yang tepat dengan yang ethosuximide mencegah kejang. Sementara pandangan bahwa ethosuximide adalah blocker saluran kalsium tipe T-mendapat dukungan luas berikut, upaya untuk meniru temuan awal tidak konsisten.
Pada bulan Maret 1989, Coulter, Huguenard dan Prince menunjukkan bahwa ethosuximide dan dimethadione , keduanya tidak efektif  sebagai anti-agen, mengurangi ambang rendah Ca 2 + arus di jenis saluran-T Ca 2 + dalam thalamic neuron. Pada bulan Juni tahun yang sama, mereka juga menemukan mekanisme penurunan ini menjadi tegangan yang bergantung, dengan menggunakan neuron tikus dan babi guinea, melainkan juga mencatat bahwa asam valproik, yang juga digunakan dalam kejang tidak ada.  Tahun berikutnya, mereka menunjukkan bahwa antikonvulsi succinimides melakukan ini dan bahwa proconvulsant yang tidak. Bagian pertama ini didukung oleh Kostyuk et al. pada tahun 1992, yang melaporkan penurunan substansial dalam saat ini di akar dorsal ganglia pada konsentrasi berkisar dari 7 μmol / L untuk 1 mmol / L.
Interaksi obat
Valproates dapat meningkatkan atau menurunkan tingkat ethosuximide; Namun, kombinasi valproates dan ethosuximide memiliki Indeks Perlindungan lebih besar dari obatnya saja. Hal itu dapat meningkatkan kadar serum fenitoin.


ng
 
5).Karbamazepin
Carbamazepine (CBZ) adalah antikonvulsi yang digunakan terutama dalam pengobatan epilepsi dan gangguan bipolar, serta neuralgia trigeminal. Hal ini juga digunakan off-label untuk berbagai indikasi, termasuk defisit hyperactivity disorder (ADHD), skizofrenia,
Indikasi
Di Amerika Serikat, FDA menyetujui indikasi-untuk penggunaan carbamazepine adalah epilepsi (termasuk kejang parsial dan kejang tonik klonik- ), neuralgia trigeminal, dan manik dan episode campuran dari gangguan bipolar.  Meskipun data masih kurang, carbamazepine muncul menjadi efektif dan aman sebagai lithium untuk pengobatan gangguan bipolar, baik dalam fase akut dan pemeliharaan.
Farmakokinetika
Carbamazepine menginduksi ekspresi dari sistem enzim hati mikrosoma CYP3A4 , yang memetabolisme carbamazepine itu sendiri. Setelah memulai terapi carbamazepine, konsentrasi dapat diprediksi dan dasar masing-masing mengikuti clearance / setengah-hidup nilai-nilai yang telah ditetapkan untuk pasien tertentu.  Namun, setelah cukup carbamazepine telah disajikan untuk jaringan hati, peningkatan aktivitas CYP3A4, mempercepat clearance obat dan memperpendek waktu paruh. Peningkatan dosis pada tingkat 200 mg setiap 1-2 minggu mungkin diperlukan untuk mencapai ambang kejang stabil. Konsentrasi carbamazepine Stabil terjadi biasanya dalam waktu 2-3 minggu setelah memulai terapi.
Mekanisme aksi
Mekanisme kerja dari karbamazepin dan turunannya relatif dipahami. gated sodium channel-Tegangan adalah molekul pori-pori yang memungkinkan sel-sel otak ( neuron ) untuk menghasilkan potensi tindakan, peristiwa listrik yang memungkinkan neuron untuk berkomunikasi jarak jauh.
Setelah saluran natrium terbuka untuk memulai potensial aksi, mereka menonaktifkan, pada dasarnya menutup saluran tersebut. Carbamazepine menstabilkan keadaan tidak aktif saluran natrium, yang berarti bahwa lebih sedikit dari saluran yang tersedia untuk kemudian membuka, membuat sel-sel otak kurang mudah meluap perasaannya. Carbamazepine juga telah terbukti mempotensiasi GABA reseptor terdiri dari subunit alpha1, Beta2, gamma2.
6). Golongan Benzodiazepin
Diazepam

 
Diazepam adalah derivatif obatbenzodiazepin. Hal ini umumnya digunakan untuk merawat kegelisahan, insomnia, kejang, kejang otot, gelisah kaki sindrom, gangguan obsesif kompulsif, penarikan alkohol, penarikan Benzodiazepine, dan Penyakit Ménière. Hal ini juga dapat digunakan sebelum prosedur medis tertentu
(seperti endoskopi ) untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan, dan dalam beberapa prosedur bedah untuk menginduksi amnesia. Diazepam anxiolytic, antikonvulsi, hipnotis, sedatif, relaksan kerangka otot, dan amnestic properti.

 
Diazepam adalah obat inti di Organisasi Kesehatan Dunia "Daftar Obat Esensial" yang merupakan daftar kebutuhan medis minimum untuk sistem perawatan kesehatan dasar. Diazepam digunakan untuk mengobati berbagai macam kondisi dan telah menjadi salah satu dari obat yang paling sering diresepkan di dunia selama 40 tahun terakhir. Ini pertama kali disintesis oleh Dr Leo Sternbach.
7). Asam Valproat
Valproat (dipropilasetat, atau 2 propilpentanoat) terutama efektif untuk terapi epilepsi umum, dan kurang efektif terhadap epilepsi fokal. Valproat menyebabkan hiperpolarisasi potensial istirahat membran neuron, akibat peningkatan daya konduksi membran untuk kalium. Efek antikonvulsi valproat didasarkan meningkatnya kadar asam gama aminobutirat (GABA) di dalam otak.
Pemberian valproat per oral cepat diabsorpsi dan kadar maksimum serum tercapai setelah 1 – 3 jam. Dengan masa paruh 8 – 10 jam, kadar darah stabil setelah 48 jam terapi. Jika diberikan dalam bentuk amida, depamida, kadar valproat dalam serum sepadan dengan pemberian dalam bentuk asam valproat, tetapi masa paruhnya lebih panjang yaitu 15 jam. Biotransformasi depamida menjadi valproat berlangsung in vivo, tetapi jika dicampur dengan plasma in vitro perubahan tidak terjadi. Kira-kira 70% dari dosis valproat diekskresi di urin dalam 24 jam.
8. Fenasemid
Fenasemid, suatu derivat asetilurea, merupakan suatu analog dari 5 fenilhidantoin, tetapi tidak berbentuk cincin. Efeknya baik bila digunakan terhadap bangkitan tonik klonik, bangkitan lena, dan bangkitan parsial kompleks.



DAFTAR PUSTAKA
Beckmann, Charles R, et al dan. Obstetri Ginekologi. Edisi 4. Baltimore. Lippincott Williams & Wilkins. 2002.
Carl GF, ML Smith. 1995. Phenytoin-folate interactions: differing effects of the sodium salt and the free acid of phenytoin.
Utama H., Gan VHS., Sunaryo. Anti Konvulsan. Dalam: Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Penerbit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1995.
Shorvon SD. Epilepsi. Dalam: Epilepsi Untuk Dokter Umum. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Prof. Dr. I. Gusti Ng. Gd. Ngoerah. Epilepsi. Dalam: Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Penerbit Universitas Airlangga. Surabaya. 1990.




PERMASALAHAN DAN PERTANYAAN

1.      Apa saja yang harus diperhatikan selama meminum obat epilepsi ?
            2.      Apakah ada makanan yang perlu dipantang selama minum obat anti epilepsi ? 

3.      Apakah epilepsi penyakit menular ? 

Hematologi

HEMATOLOGI PENGERTIAN HEMATOLOGI Hematologi asal dari bahasa Yunani yang artinya HAIMA=DARAH. Hematologi adalah cabang ilmu yang mem...